BLOGGER TEMPLATES AND MySpace 1.0 Layouts »

Kamis, 03 Juni 2010

Hasil Penelitian Ilmiah

Hasil Penelitian Ilmiah


Judul : PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PESANAN PADA BUTIQUE PURI COLLECTION DENGAN METODE FULL COSTING
Penulis : PRISKA PERONIKA SARAGIH
Waktu penerbitan : 2002
Nama majalah : Penulisan Ilmiah
Lembaga penerbit : Universitas Gunadarma

KOMPONEN-KOMPONEN
A. BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis membahas latar belakang masalah, permasalahan dan batasan masalah, tujuan penulisan dan sistematika penulisan.

B. BAB II LANDASAN TEORI
Didalam bab ini diterangkan mengenai pengertian biaya, penggolongan biaya, pengertian harga pokok produksi.Karakteristik metode perhitungan harga pokok produksi dan harga jual.

C. BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini menjelaskan sejarah berdirinya BUTIQUE PURI COLLECTION, bidang usaha dan proses produksi, bahan-bahan yang digunakan dan struktur organisasi.

D. BAB IV PEMBAHASAN
Disini penulis akan memberikan penjelasan metode penggumpulan harga pokok produksi, perhitungan harg pokok produksi, menentukan harga jual dan jurnal pencatatan biaya produksi.Perbandingan perhitungan harga pokok produksi antara penulis dan perusahaan.

E. BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir, disini penulis akan memberikan kesimpulan dan saran.


Nama : FERA ARISTIYANI
NPM : 20207459
Kelas : 3EB05
Tugas : Riset Akuntansi (softskill)

RESUME BAG. II

PENGAKUAN LABA KOTOR KOPERASI PEGAWAI PADA DEPARTEMEN KOPERASI DI BIDANG USAHA KREDIT PENJUALAN MESIN FHOTO COPY

Oleh : Mulyanta


Dari analisa diatas maka jelaslah, bahwa perbandingan antara dua metode yaitu, pendekatan laba kotor yang diakui saat terjadinya penjualan angsuran, dengan laba kotor yang di akui secara proporsional dengan kas yang diterima, dapat dilihat bahwa masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Dilihat dari segi pencatatan maka metode pengakuan laba kotor pada saat terjadinya penjualan lebih efektif dan efisien, tetapi apabila dilihat dari segi pendapatan laba, lebih kecil dibandingkan dengan laba kotor secara proporsional dengan kas yang diterima. Dengan metode pengakuan laba kotor secara proporsional dengan kas yang diterima, laba yang diperoleh pada saat angsuran selama kontrak penjualan angsuran lebih besar tetapi dalam segi pencatatan, metode laba yang diakui pada saat terjadinya penjualan itu lebih efektif dan efisien. Dapat dilihat dari perbandingn kedua metode tersebut, maka merujuk pada “prinsip ekonomi” dimana dengan pengeluaran yang seminim mungkin untuk medapatkan laba semaxsimal mungkin, maka metode laba kotor secara proporsional dengan kas yang diterima, lebih tepat digunakan untuk perhitungan pengakuan laba kotor pada penjualan angsuran Koperasi Pegawai Pada Departemen Koperasi di bidang usaha kredit penjualan mesin fhoto copy.


Nama : FERA ARISTIYANI
NPM : 20207459
Kelas : 3EB05
Tugas : Riset Akuntansi (softskill)

RESUME BAG. I

PENENTUAN HARGA JUAL BERDASARKAN PERHITUNGAN HARGA POKOK PESANAN SEPATU
PADA HOME INDUSTRY HUNTER


Oleh : Dini Sri Linangkung


Berdasarkan uraian yang telah dibahas pada Bab IV, maka penulis dapat mengambil kesimpulan :
1. Harga Pokok Produk menurut perhitungan perusahaan sebesar Rp.21.730.700 lebih rendah dibandingkan dengan perhitungan menurut full costing sebesar Rp. 21.768.600, sehingga menimbulkan selisih sebesar Rp.37.900.
2. Hal tersebut mengakibatkan harga jual yang dibebankan kepada pemesan berbeda, yaitu sebesar Rp.70.400 menurut perusahaan dan sebesar Rp.71.300 menurut full costing, sehingga menimbulkan selisih sebesar Rp.900.
Kedua hal tersebut diatas adalah faktor-faktor yang kemungkinan besar akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Terlihat bahwa perhitungan menurut akuntansi biaya dengan metode full costing lebih tepat, karena pembebanan BOP berdasarkan tarif tertentu atas dasar jam tenaga kerja langsung yang digunakan dalam proses produksi sepatu pesanan. Akibatnya total harga pokok produksi danharga jual yang dibebankan pun lebih tepat, Sehingga kecil kemungkinan bagi perusahaan untuk menderita kerugian.


Nama : FERA ARISTIYANI
NPM : 20207459
Kelas : 3EB05
Tugas : Riset Akuntansi (softskill)

Rabu, 02 Juni 2010

ABSTRAKSI BAG. II

ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN, TINGKAT KEMAHALAN HARGA SAHAM, RETURN SAHAM, DAN LIKUIDITAS SAHAM PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN STOCK SPLIT DAN PERUSAHAAN YANG TIDAK MELAKUKAN STOCK SPLIT (STUDI EMPIRIS: PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK JAKARTA (BEJ) (PERIODE 2000-2005)

ABSTRAKSI

Pemecahan saham merupakan fenomena dalam literature ekonomi keuangan perusahaan secara sederhana pemecahan saham berarti memecah selembar saham menjadi lembar saham. Pemecahan saham mengakibatkan bertambahnya jumlah lembar saham yang beredar tanpa transaksi jual beli yang mengubah besarnya modal. tindakan pemecahan saham akan memberikan efek fatamorgana bagi investor, yaitu investor akan merasa seolah-olah menjadi lebih makmur memegang jumlah saham yang lebih banyak. Jadi pemecahan saham sebenarnya merupakan tindakan perusahaan yang tidak memiliki nilai ekonomis. (Marwata, 2001).


Meskipun pemecahan saham tidak memiliki nilai ekonomis, tetapi banyak peristiwa pemecahan saham di pasar modal memberikan indikasi bahwa pemecahan saham merupakan alat yang penting dalam praktek pasar modal (Marwata, 2001). Pemecahan saham telah menjadi salah satu alat yang digunakan oleh manajemen untuk membentuk harga pasar perusahaan.

Harga pasar dari saham akan mencerminkan nilai suatu perusahaan, semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut dan terjadi sebaliknya. Oleh karena itu setiap perusahaan yang menerbitkan saham akan sangat memperhatikan harga sahamnya. Harga saham yang terlalu rendah sering dikaitkan dengan kinerja perusahaan yang kurang baik. Namun bila harga
saham terlalu tinggi (overprice) dapat mengurangi kemampuan investor untuk membeli sehingga menyebabkan harga saham akan sulit untuk meningkat lagi. Dalam mengantisipasi hal tersebut banyak perusahaan melakukan pemecahan saham.

Secara teoritis pemecahan saham tidak akan menambah kekayaan pemegang saham, karena di satu sisi jumlah lembar saham yang dimiliki investor bertambah tetapi di sisi lain harga saham turun secara proporsional. Namun dengan melakukan pemecahan saham diharapkan likuiditas sahamnya akan meningkat, karena investor dapat membeli saham dengan harga yang relatif lebih rendah (Muazaroh dan Iramani, 2005). Meskipun pemecahan saham tidak memberikan nilai ekonomis bagi pemegang saham, namun tindakan ini sering dilakukan oleh perusahaan.

Teori yang mendukung peristiwa pemecahan saham ini antar lain Signaling Theory dan Trading Range Theory. Menurut Signaling Theory, pemecahan saham. Merupakan suatu sinyal dari manajer bahwa perusahaan berada dalam kondisi keuangan yang baik. Manajer ingin menyampaikan informasi yang lengkap dan akurat tentang kondisi ataupun prospek perusahaan kepada pihak yang membutuhkan informasi sebelum dilakukan pemecahan saham, pihak luar tidak mendapatkan informasi yang cukup guna mengetahui kondisi perusahaan. Dengan adanya suatu sinyal yang baik berupa informasi disampaikan perusahaan, pihak luar dapat mengetahui kinerja keuangan yang dapat dilihat dari ROI dan EPS-nya. Sedangkan menurut Trading Range Theory menyatakan bahwa pemecahan saham akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Menurut teori ini, harga saham yang terlalu tinggi (overprice) menyebabkan kurang aktifnya saham tersebut diperdagangkan. Dengan adanya pemecahan saham, harga saham menjadi tidak terlalu tinggi, sehingga akan semakin banyak investor yang mampu bertransaksi. Dengan adanya penataan harga ke rentang yang lebih rendah maka menimbulkan reaksi yang positif dari pasar. Para analis maupun pelaku pasar dapat mengetahui tingkat kemahalan harga saham melalui PER dan PBV-nya. Hal ini juga diperkuat oleh pendapatnya Marwata (2001).

Dalam dunia bisnis, terutama dalam perdagangan saham yang terdapat di pasar modal, banyak sekali aktivitas perdagangan yang dilakukan oleh para investor untuk memperoleh keuntungan (return). Pemecahan saham memberikan informasi kepada investor tentang prospek peningkatan return masa depan yang substansial (Marwata, 2001). Return yang meningkat tersebut dapat diprediksi dan merupakan sinyal tentang laba jangka pendek dan jangka panjang (Bar-Josef dan Brown, 1997), dalam Marwata (2001). Dengan melihat return yang bisa diperoleh, maka investor akan tertarik untuk berinvestasi, jadi return merupakan salah satu faktor yang mendasari investor untuk membeli saham.

Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keputusan pemecahan saham, karena kinerja keuangan merupakan alat ukur keberhasilan perusahaan untuk menghasilkan laba dan mencerminkan kondisi suatu perusahaan Copeland (1979;116) dalam Marwata (2001), menyatakan bahwa salah satu gambaran prospek bagus adalah kinerja keuangan yang bagus perusahaan yang melakukan pemecahan saham memerlukan cukup biaya, oleh karena itu hanya perusahaan yang mempunyai prospek bagus saja yang mampu melakukan.

Sampel pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur dari berbagai jenis industri. Peneliti ingin mengetahui apakah ada perbedaan kinerja keuangan, tingkat kemahalan harga saham, return saham, dan likuiditas saham pada perusahaan manufaktur antara yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak melakukan stock split. Sehingga dari hasil penelitian ini dapat memberikan informasi apakah ada perbedaan yang melakukan stock split atau yang tidak melakukan stock split dalam kinerja keuangan, tingkat kemahalan harga saham, return saham, dan likuiditas saham. Untuk selanjutnya dapat dijadikan tolok ukur dan pertimbangan bagi investor untuk membeli saham saham yang akan dipilihnya.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh apakah ada perbedaan kinerja keuangan, tingkat kemahalan harga saham, return saham, dan likuiditas saham pada perusahaan yang melakukan stock split dan perusahaan yang tidak melakukan stock split yang dituangkan dalam judul “ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN, TINGKAT KEMAHALAN HARGA SAHAM, RETURN SAHAM, DAN LIKUIDITAS SAHAM PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN STOCK SPLIT DAN PERUSAHAAN YANG TIDAK MELAKUKAN STOCK SPLIT PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK JAKARTA (BEJ) (PERIODE 2000-2005).



Nama : FERA ARISTIYANI
Kelas : 3EB05
NPM : 20207459
tugas : Riset Akuntansi (softskill)
Sumber : http://www.pustakaskripsi.com/analisis-perbedaan-kinerja-keuangan-tingkat-kemahalan-harga-saham-return-saham-dan-likuiditas-saham-perusahaan-yang-melakukan-stock-split-dan-perusahaan-yang-tidak-melakukan-stock-split-pada-perusa-260.html

ABSTRAKSI BAG. I

“Implementasi Balanced Scorecard sebagai alat pengukur kinerja pada PT Bestindo Intiselaras”

Novira (2003-12-053)

ABSTRAK

Implementasi Balanced Scorecard sebagai Alat Pengukur Kinerja pada PT Bestindo Intiselaras (Balanced Scorecard Implementation as a performance measurement at PT Bestindo Intiselaras)

C) xv + 85 halaman; 2007; lampiran 6

D) Kata kunci : Balanced Scorecard, Alat Pengukur Kinerja

E) Isi Abstrak : Dalam menghadapi lingkungan bisnis yang makin kompleks seperti saat ini dibutuhkan metode pengukuran kinerja yang dapat menilai kinerja perusahaan secara akurat dan menyeluruh. Dalam hal ini metode yang dapat digunakan adalah Balanced Scorecard. Balanced Scorecard mengukur kinerja dari empat perspektif, yaitu: perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, perspektif proses bisnis internal, perspektif pelanggan, dan perspektif keuangan. Penulis melakukan analisis pada PT Bestindo Intiselaras dengan menggunakan data tahun 2004-2005 untuk menganalisis perspektif keuangan, sedangkan untuk perspektif lainnya penulis melakukan analisis melalui perhitungan kuesioner yang disebarkan kepada staff dan pelanggan PT Bestindo Intiselaras. Dari hasil analisis yang telah dilakukan oleh penulis diketahui bahwa kinerja PT Bestindo secara keseluruhan sudah cukup baik. Kesimpulan yang dapat diambil penulis melalui analisis yang sudah dilakukan adalah bahwa Balanced Scorecard merupakan metode yang terbaik dalam melakukan penilaian terhadap kinerja perusahaan, karena Balanced Scorecard mengangkat aspek-aspek penting yang diabaikan oleh pengukuran kinerja secara tradisional, seperti aspek sumber daya manusia, sistem yang digunakan dalam perusahaan, proses operasional, dan aspek kepuasan pelanggan, sehingga hasil pengukuran dengan Balanced Scorecard akan lebih akurat. Dimana hasil pengukuran kinerja yang akurat adalah sangat penting bagi management, baik dalam proses perencanaan, pengambilan keputusan, dan pengendalian, serta dalam mewujudkan visi dan misi perusahaan.

F) Acuan : 5 (1996–2004)

G) (Ishak The, S.E., M.M.)






Nama : FERA ARISTIYANI
Kelas : 3EB05
NPM : 20207459
Tugas : Riset Akuntansi (softskill)
Sumber : http://pustakaskripsi.com/implementasi-balanced-scorecard-sebagai-alat-pengukur-kinerja-pada-pt-bestindo-intiselaras-3.html

Kamis, 03 Juni 2010

Hasil Penelitian Ilmiah

0 komentar
Hasil Penelitian Ilmiah


Judul : PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PESANAN PADA BUTIQUE PURI COLLECTION DENGAN METODE FULL COSTING
Penulis : PRISKA PERONIKA SARAGIH
Waktu penerbitan : 2002
Nama majalah : Penulisan Ilmiah
Lembaga penerbit : Universitas Gunadarma

KOMPONEN-KOMPONEN
A. BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis membahas latar belakang masalah, permasalahan dan batasan masalah, tujuan penulisan dan sistematika penulisan.

B. BAB II LANDASAN TEORI
Didalam bab ini diterangkan mengenai pengertian biaya, penggolongan biaya, pengertian harga pokok produksi.Karakteristik metode perhitungan harga pokok produksi dan harga jual.

C. BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini menjelaskan sejarah berdirinya BUTIQUE PURI COLLECTION, bidang usaha dan proses produksi, bahan-bahan yang digunakan dan struktur organisasi.

D. BAB IV PEMBAHASAN
Disini penulis akan memberikan penjelasan metode penggumpulan harga pokok produksi, perhitungan harg pokok produksi, menentukan harga jual dan jurnal pencatatan biaya produksi.Perbandingan perhitungan harga pokok produksi antara penulis dan perusahaan.

E. BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir, disini penulis akan memberikan kesimpulan dan saran.


Nama : FERA ARISTIYANI
NPM : 20207459
Kelas : 3EB05
Tugas : Riset Akuntansi (softskill)

RESUME BAG. II

0 komentar
PENGAKUAN LABA KOTOR KOPERASI PEGAWAI PADA DEPARTEMEN KOPERASI DI BIDANG USAHA KREDIT PENJUALAN MESIN FHOTO COPY

Oleh : Mulyanta


Dari analisa diatas maka jelaslah, bahwa perbandingan antara dua metode yaitu, pendekatan laba kotor yang diakui saat terjadinya penjualan angsuran, dengan laba kotor yang di akui secara proporsional dengan kas yang diterima, dapat dilihat bahwa masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Dilihat dari segi pencatatan maka metode pengakuan laba kotor pada saat terjadinya penjualan lebih efektif dan efisien, tetapi apabila dilihat dari segi pendapatan laba, lebih kecil dibandingkan dengan laba kotor secara proporsional dengan kas yang diterima. Dengan metode pengakuan laba kotor secara proporsional dengan kas yang diterima, laba yang diperoleh pada saat angsuran selama kontrak penjualan angsuran lebih besar tetapi dalam segi pencatatan, metode laba yang diakui pada saat terjadinya penjualan itu lebih efektif dan efisien. Dapat dilihat dari perbandingn kedua metode tersebut, maka merujuk pada “prinsip ekonomi” dimana dengan pengeluaran yang seminim mungkin untuk medapatkan laba semaxsimal mungkin, maka metode laba kotor secara proporsional dengan kas yang diterima, lebih tepat digunakan untuk perhitungan pengakuan laba kotor pada penjualan angsuran Koperasi Pegawai Pada Departemen Koperasi di bidang usaha kredit penjualan mesin fhoto copy.


Nama : FERA ARISTIYANI
NPM : 20207459
Kelas : 3EB05
Tugas : Riset Akuntansi (softskill)

RESUME BAG. I

0 komentar
PENENTUAN HARGA JUAL BERDASARKAN PERHITUNGAN HARGA POKOK PESANAN SEPATU
PADA HOME INDUSTRY HUNTER


Oleh : Dini Sri Linangkung


Berdasarkan uraian yang telah dibahas pada Bab IV, maka penulis dapat mengambil kesimpulan :
1. Harga Pokok Produk menurut perhitungan perusahaan sebesar Rp.21.730.700 lebih rendah dibandingkan dengan perhitungan menurut full costing sebesar Rp. 21.768.600, sehingga menimbulkan selisih sebesar Rp.37.900.
2. Hal tersebut mengakibatkan harga jual yang dibebankan kepada pemesan berbeda, yaitu sebesar Rp.70.400 menurut perusahaan dan sebesar Rp.71.300 menurut full costing, sehingga menimbulkan selisih sebesar Rp.900.
Kedua hal tersebut diatas adalah faktor-faktor yang kemungkinan besar akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Terlihat bahwa perhitungan menurut akuntansi biaya dengan metode full costing lebih tepat, karena pembebanan BOP berdasarkan tarif tertentu atas dasar jam tenaga kerja langsung yang digunakan dalam proses produksi sepatu pesanan. Akibatnya total harga pokok produksi danharga jual yang dibebankan pun lebih tepat, Sehingga kecil kemungkinan bagi perusahaan untuk menderita kerugian.


Nama : FERA ARISTIYANI
NPM : 20207459
Kelas : 3EB05
Tugas : Riset Akuntansi (softskill)

Rabu, 02 Juni 2010

ABSTRAKSI BAG. II

0 komentar
ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN, TINGKAT KEMAHALAN HARGA SAHAM, RETURN SAHAM, DAN LIKUIDITAS SAHAM PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN STOCK SPLIT DAN PERUSAHAAN YANG TIDAK MELAKUKAN STOCK SPLIT (STUDI EMPIRIS: PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK JAKARTA (BEJ) (PERIODE 2000-2005)

ABSTRAKSI

Pemecahan saham merupakan fenomena dalam literature ekonomi keuangan perusahaan secara sederhana pemecahan saham berarti memecah selembar saham menjadi lembar saham. Pemecahan saham mengakibatkan bertambahnya jumlah lembar saham yang beredar tanpa transaksi jual beli yang mengubah besarnya modal. tindakan pemecahan saham akan memberikan efek fatamorgana bagi investor, yaitu investor akan merasa seolah-olah menjadi lebih makmur memegang jumlah saham yang lebih banyak. Jadi pemecahan saham sebenarnya merupakan tindakan perusahaan yang tidak memiliki nilai ekonomis. (Marwata, 2001).


Meskipun pemecahan saham tidak memiliki nilai ekonomis, tetapi banyak peristiwa pemecahan saham di pasar modal memberikan indikasi bahwa pemecahan saham merupakan alat yang penting dalam praktek pasar modal (Marwata, 2001). Pemecahan saham telah menjadi salah satu alat yang digunakan oleh manajemen untuk membentuk harga pasar perusahaan.

Harga pasar dari saham akan mencerminkan nilai suatu perusahaan, semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut dan terjadi sebaliknya. Oleh karena itu setiap perusahaan yang menerbitkan saham akan sangat memperhatikan harga sahamnya. Harga saham yang terlalu rendah sering dikaitkan dengan kinerja perusahaan yang kurang baik. Namun bila harga
saham terlalu tinggi (overprice) dapat mengurangi kemampuan investor untuk membeli sehingga menyebabkan harga saham akan sulit untuk meningkat lagi. Dalam mengantisipasi hal tersebut banyak perusahaan melakukan pemecahan saham.

Secara teoritis pemecahan saham tidak akan menambah kekayaan pemegang saham, karena di satu sisi jumlah lembar saham yang dimiliki investor bertambah tetapi di sisi lain harga saham turun secara proporsional. Namun dengan melakukan pemecahan saham diharapkan likuiditas sahamnya akan meningkat, karena investor dapat membeli saham dengan harga yang relatif lebih rendah (Muazaroh dan Iramani, 2005). Meskipun pemecahan saham tidak memberikan nilai ekonomis bagi pemegang saham, namun tindakan ini sering dilakukan oleh perusahaan.

Teori yang mendukung peristiwa pemecahan saham ini antar lain Signaling Theory dan Trading Range Theory. Menurut Signaling Theory, pemecahan saham. Merupakan suatu sinyal dari manajer bahwa perusahaan berada dalam kondisi keuangan yang baik. Manajer ingin menyampaikan informasi yang lengkap dan akurat tentang kondisi ataupun prospek perusahaan kepada pihak yang membutuhkan informasi sebelum dilakukan pemecahan saham, pihak luar tidak mendapatkan informasi yang cukup guna mengetahui kondisi perusahaan. Dengan adanya suatu sinyal yang baik berupa informasi disampaikan perusahaan, pihak luar dapat mengetahui kinerja keuangan yang dapat dilihat dari ROI dan EPS-nya. Sedangkan menurut Trading Range Theory menyatakan bahwa pemecahan saham akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Menurut teori ini, harga saham yang terlalu tinggi (overprice) menyebabkan kurang aktifnya saham tersebut diperdagangkan. Dengan adanya pemecahan saham, harga saham menjadi tidak terlalu tinggi, sehingga akan semakin banyak investor yang mampu bertransaksi. Dengan adanya penataan harga ke rentang yang lebih rendah maka menimbulkan reaksi yang positif dari pasar. Para analis maupun pelaku pasar dapat mengetahui tingkat kemahalan harga saham melalui PER dan PBV-nya. Hal ini juga diperkuat oleh pendapatnya Marwata (2001).

Dalam dunia bisnis, terutama dalam perdagangan saham yang terdapat di pasar modal, banyak sekali aktivitas perdagangan yang dilakukan oleh para investor untuk memperoleh keuntungan (return). Pemecahan saham memberikan informasi kepada investor tentang prospek peningkatan return masa depan yang substansial (Marwata, 2001). Return yang meningkat tersebut dapat diprediksi dan merupakan sinyal tentang laba jangka pendek dan jangka panjang (Bar-Josef dan Brown, 1997), dalam Marwata (2001). Dengan melihat return yang bisa diperoleh, maka investor akan tertarik untuk berinvestasi, jadi return merupakan salah satu faktor yang mendasari investor untuk membeli saham.

Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keputusan pemecahan saham, karena kinerja keuangan merupakan alat ukur keberhasilan perusahaan untuk menghasilkan laba dan mencerminkan kondisi suatu perusahaan Copeland (1979;116) dalam Marwata (2001), menyatakan bahwa salah satu gambaran prospek bagus adalah kinerja keuangan yang bagus perusahaan yang melakukan pemecahan saham memerlukan cukup biaya, oleh karena itu hanya perusahaan yang mempunyai prospek bagus saja yang mampu melakukan.

Sampel pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur dari berbagai jenis industri. Peneliti ingin mengetahui apakah ada perbedaan kinerja keuangan, tingkat kemahalan harga saham, return saham, dan likuiditas saham pada perusahaan manufaktur antara yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak melakukan stock split. Sehingga dari hasil penelitian ini dapat memberikan informasi apakah ada perbedaan yang melakukan stock split atau yang tidak melakukan stock split dalam kinerja keuangan, tingkat kemahalan harga saham, return saham, dan likuiditas saham. Untuk selanjutnya dapat dijadikan tolok ukur dan pertimbangan bagi investor untuk membeli saham saham yang akan dipilihnya.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh apakah ada perbedaan kinerja keuangan, tingkat kemahalan harga saham, return saham, dan likuiditas saham pada perusahaan yang melakukan stock split dan perusahaan yang tidak melakukan stock split yang dituangkan dalam judul “ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN, TINGKAT KEMAHALAN HARGA SAHAM, RETURN SAHAM, DAN LIKUIDITAS SAHAM PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN STOCK SPLIT DAN PERUSAHAAN YANG TIDAK MELAKUKAN STOCK SPLIT PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK JAKARTA (BEJ) (PERIODE 2000-2005).



Nama : FERA ARISTIYANI
Kelas : 3EB05
NPM : 20207459
tugas : Riset Akuntansi (softskill)
Sumber : http://www.pustakaskripsi.com/analisis-perbedaan-kinerja-keuangan-tingkat-kemahalan-harga-saham-return-saham-dan-likuiditas-saham-perusahaan-yang-melakukan-stock-split-dan-perusahaan-yang-tidak-melakukan-stock-split-pada-perusa-260.html

ABSTRAKSI BAG. I

0 komentar
“Implementasi Balanced Scorecard sebagai alat pengukur kinerja pada PT Bestindo Intiselaras”

Novira (2003-12-053)

ABSTRAK

Implementasi Balanced Scorecard sebagai Alat Pengukur Kinerja pada PT Bestindo Intiselaras (Balanced Scorecard Implementation as a performance measurement at PT Bestindo Intiselaras)

C) xv + 85 halaman; 2007; lampiran 6

D) Kata kunci : Balanced Scorecard, Alat Pengukur Kinerja

E) Isi Abstrak : Dalam menghadapi lingkungan bisnis yang makin kompleks seperti saat ini dibutuhkan metode pengukuran kinerja yang dapat menilai kinerja perusahaan secara akurat dan menyeluruh. Dalam hal ini metode yang dapat digunakan adalah Balanced Scorecard. Balanced Scorecard mengukur kinerja dari empat perspektif, yaitu: perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, perspektif proses bisnis internal, perspektif pelanggan, dan perspektif keuangan. Penulis melakukan analisis pada PT Bestindo Intiselaras dengan menggunakan data tahun 2004-2005 untuk menganalisis perspektif keuangan, sedangkan untuk perspektif lainnya penulis melakukan analisis melalui perhitungan kuesioner yang disebarkan kepada staff dan pelanggan PT Bestindo Intiselaras. Dari hasil analisis yang telah dilakukan oleh penulis diketahui bahwa kinerja PT Bestindo secara keseluruhan sudah cukup baik. Kesimpulan yang dapat diambil penulis melalui analisis yang sudah dilakukan adalah bahwa Balanced Scorecard merupakan metode yang terbaik dalam melakukan penilaian terhadap kinerja perusahaan, karena Balanced Scorecard mengangkat aspek-aspek penting yang diabaikan oleh pengukuran kinerja secara tradisional, seperti aspek sumber daya manusia, sistem yang digunakan dalam perusahaan, proses operasional, dan aspek kepuasan pelanggan, sehingga hasil pengukuran dengan Balanced Scorecard akan lebih akurat. Dimana hasil pengukuran kinerja yang akurat adalah sangat penting bagi management, baik dalam proses perencanaan, pengambilan keputusan, dan pengendalian, serta dalam mewujudkan visi dan misi perusahaan.

F) Acuan : 5 (1996–2004)

G) (Ishak The, S.E., M.M.)






Nama : FERA ARISTIYANI
Kelas : 3EB05
NPM : 20207459
Tugas : Riset Akuntansi (softskill)
Sumber : http://pustakaskripsi.com/implementasi-balanced-scorecard-sebagai-alat-pengukur-kinerja-pada-pt-bestindo-intiselaras-3.html